Artikel ini
merupakan kelanjutan dari artikel Kerja Keras Bukan Jaminan Sukses? Yang saya
post pada 2 Oktober 2017. Kali ini artikel dengan tema yang sama saya ambil dari laman suksesoptimis.com. Berawal dari
notifikasi email, akhirnya saya klik dan baca, kemudian post ulang. Semoga bermanfaat.
Suatu ketika ada
seorang raja yang mengutus tiga orang untuk mengambil benda yang sangat penting
di puncak sebuah gunung. Namun ketiga orang tersebut tidak berangkat
bersama-sama, karena sang raja mempersilahkan mereka meraih puncak dengan cara
masing-masing. Dan yang tercepat mengambil benda itu akan mendapat hadiah
berupa sekantung emas.
Utusan pertama
langsung pergi begitu mendengar hadiah sekantung emas. Lalu disusul utusan
kedua dan ketiga.
Setelah satu
minggu lamanya, utusan ketiga sudah kembali dengan membawa barang yang
diinginkan raja. Sementara kedua utusan lainnya (baca: utusan pertama dan
kedua) belum ada kabar. Jelas, utusan ketiga-lah yang mendapat hadiah sekantung
emas dan membuatnya jadi kaya.
Tiga bulan
kemudian utusan kedua datang dengan kondisi tubuh yang kelelahan. Lantas lapor
kepada sang raja, bahwa barangnya sudah tidak ada.
“Jelas tidak
ada, karena sudah diambil utusan ketiga. Dia hanya butuh waktu 1 minggu.” jelas
sang raja.
“Apa? Hanya 1
minggu? Bagaimana caranya? Jangan-jangan dia memakai sihir?” tanya utusan
kedua.
“Nanti kita jelaskan
bersama setelah utusan ketiga sampai.” jawab raja.
Setelah 1 tahun
tidak ada kabar, akhirnya sang raja mendapat surat dari utusan pertama yang
isinya:
“Mohon maaf
paduka raja, saya sudah mencoba 3 gunung tapi belum juga menemukan benda yang
paduka inginkan. Saya tidak akan pulang sebelum menemukan benda itu, kecuali
sudah ditemukan utusan lainnya.”
Sang raja pun
langsung membalas suratnya dan menyuruh pulang karena benda yang dicari sudah
ada.
Kemudian ketiga
utusan berkumpul untuk melakukan evaluasi bersama sang raja. “Utusan
pertama, kamu sampai 1 tahun tidak
mendapatkan benda ini, apa yang terjadi?” tanya raja.
“Begini paduka,
karena saya ingin cepat mendapatkan benda itu, saya langsung pergi begitu
mendengar titah paduka. Saya langsung menuju gunung-gungung terdekat untuk
mencari benda itu. Baru 3 gunung yang saya tuju, seandainya paduka tidak
memanggil, saya mencoba gunung ke 4.” Jelas utusan pertama.
“Kenapa harus
mencari di banyak gunung? Kedua utusan lain hanya mencari di 1 gunung.” tanya raja.
“Karena saya
tidak tahu benda itu berada di gunung apa.”
“Kenapa kamu
tidak bertanya dulu seperti dua utusan lainnya?”
Utusan tersebut
hanya terdiam.
“Kamu sudah
bekerja keras, tetapi apa yang kamu lakukan itu tindakan yang tidak jelas. Kamu
melakukan sesuatu yang belum diketahui kejelasannya. Utusan kedua meski dia
terlambat tapi dia mencari di gunung yang tepat. Karena dia bertanya dulu di
gunung apa.” jelas raja.
“Sekarang,
utusan kedua, kamu sudah mencari di gunung yang tepat. Tapi kenapa begitu lama?
Sampai 3 bulan baru kembali, padahal utusan ketiga hanya 1 minggu.” tanya raja
pada utusan kedua.
“Saya berusaha
secepat mungkin paduka. Saya langsung mengambil peralatan untuk membuat jalan
agar bisa sampai ke puncak. Ternyata cukup lama, sampai 3 bulan lamanya. Setibanya
di puncak benda itu sudah tidak ada.” jelas utusan kedua.
“Baik, sekarang
saya tanya utusan ketiga. Bagaimana cara kamu bisa sampai ke puncak hanya dalam
1 minggu?”
“Mohon maaf
paduka, seharusnya 4 hari saya sudah bisa menyerahan benda itu. Tapi karena
ketidaktahuan saya, saya bertanya ke penduduk sekitar bagaimana cara termudah
dan cepat menuju puncak. Saya belajar dulu pada penduduk yang sudah tahu cara
ke puncak. Setelah itu membuat peta dan rencana untuk pergi ke puncak.” jelas
utusan ketiga.
Poin penting dari cerita di atas:
· Utusan pertama:
Asal bertindak. Belum tahu gunung mana yang di tuju sudah ngeloyor tanpa bertanya dahulu.
· Utusan kedua: Bertindak
dengan cara sendiri. Belum tahu jalan menuju puncak tapi tidak mau bertanya
kepada yang sudah tahu.
· Utusan ketiga: Sudah
bagus. Tidak tahu tapi mau bertanya dan belajar. Maka layak mendapat hadiah.
Kira-kira begitu
penyebab Sudah Kerja Keras Tapi Hasil Masih Gitu-gitu Saja. Pertama, kita tidak tahu tujuan
apa yang ingin kita capai dan tidak mau membuat tujuan. Kedua, tidak mau
bertanya dan belajar kepada orang yang sudah tahu atau ahli dibidangnya. Bertanya
adalah awal dari pengetahuan. Kita bisa tahu sesuatu karena kita bertanya, kita
mempertanyakan: apa, bagaimana, berapa, siapa, kapan, dimana, apakah, dll. Setelah
tahu baru membuat tujuan dan menyusun rencana. Action!
No comments:
Post a Comment