Dipresentasikan dalam kuliah Psikologi Pendidikan
I.
PENDAHULUAN
Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan. PBM sendiri merupakan proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat
utama bagi berlangsungnya PBM.
PBM mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas
daripada pengertian mengajar.
Dalam PBM, tersirat adanya satu kesatuan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang. Sebab, apabila kedua pihak tersebut tidak terjalin keakraban, maka proses pendidikan itu pun tidak akan terwujud dengan baik.[1]
Dalam PBM, tersirat adanya satu kesatuan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang. Sebab, apabila kedua pihak tersebut tidak terjalin keakraban, maka proses pendidikan itu pun tidak akan terwujud dengan baik.[1]
Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini akan dibahas
mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan belajar mengajar, makna dan tujuan
belajar, dan prinsip-prinsip dalam PBM.
II. RUMUSAN
MASALAH
A. Apa yang dimaksud dengan belajar
mengajar?
B. Apa makna dan tujuan belajar?
C. Apa saja prinsip-prinsip dalam PBM?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Belajar Mengajar
1.
Pengertian
Belajar
Banyak
kita jumpai keaneka ragaman definisi belajar yang dikemukakan para ahli
psikologi. Hal ini disebabkan karena point of viewmileu dan pendekatan
antara satu dengan lainnya terdapat perbedaan, untuk mengetahui berbagai ragam
definisi tentang belajar, maka akan penulis kutip pendapat beberapa ahli
psikologi :
a. S. Nasution mendefinisikan belajar
sebagai perubahan-perubahan dalam sistem syaraf penambahan pengetahuan, dan
perubahan kelakukan berkat pengalaman dan latihan.[2]
b. Chaplin, mengemukakan definisi
belajar menjadi dua rumusan, pertama, belajar belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman, kedua, belajar adalah proses memperoleh respon-respon
sebagai akibat adanya latihan khusus.[3]
c. Witting, menganggap belajar sebagai
perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan
tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.[4]
d. Biggs, merumuskan definisi belajar
menjadi tiga macam, yaitu secara kuantatif, institusional dan kualitatif.
Secara kuantitatif belajar merupakan aktivitas pengisian atau pengembangan
kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya secara institusional berarti
proses validasi terhadap penguasaan siswa atas materi yang telah ia pelajari,
secara kualitatif ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman
serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.[5]
Jadi
dari pengertian belajar di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.
Bahwa
belajar menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap.
b.
Bahwa
perubahan itu membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi
belajar dan sesudah melakukan aktivitas belajar.
c.
Bahwa
perubahan itu dilakukan lewat kegiatan atau usaha atau praktek secara disengaja
dan diperkuat.
2.
Pengertian
Mengajar
Dalam hal ini ada tiga pandangan tentang
mengajar yaitu :
a. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan
dari seseorang kepada kelompok.
b. Mengajar adalah membimbing peserta didik
belajar.
c. Mengajar adalah mengatur lingkungan agar
terjadi PBM yang baik.[6]
Sedangkan dalam
buku PBM juga merumuskan bahwa mengajar adalah suatu usaha untuk mencapai
tujuan berupa kemampuan tertentu atau mengajar adalah usaha terciptanya situasi
belajar sehingga yang belajar memperoleh atau meningkatkan kemampuan.[7] Dengan
demikian mengajar merupakan suatu kompetensi/tugas guru untuk mengubah prilaku
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan atau pengajaran.
Belajar dan
mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Belajar menunjuk kepada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai yang
menerima pelajaran (peserta didik) sedangkan menunjuk kegiatan apa yang harus
dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar.
Sementara itu
PBM dapat diartikan hubungan antara pihak pengajar (guru) dan pihak yang di
ajar (siswa), sehingga terjadi suasana di mana pihak siswa aktif belajar dan
pihak guru aktif mengajar.[8] Dengan
demikian PBM ini merupakan proses interaksi antara guru dengan murid atau
peserta didik pada saat pengajaran.
Dalam proses
interaksi, ada unsur memberi dan menerima baik dari pihak guru / peserta didik,
agar terjadi interaksi belajar mengajar yang baik, ada beberapa faktor yang
harus dipenuhi, sedangkan hal-hal yang dapat dikemukakan sebagai dasar-dasar
terjadinya interaksi belajar mengajar yang baik ada beberapa faktor yang harus
dipenuhi. Sedangkan hal-hal yang dapat dikemukakan sebagai dasar-dasar
terjadinya interaksi belajar mengajar adalah :
a.
Interaksi
bersifat edukatif.
b.
Dalam
interaksi terjadi perubahan tingkah laku pada siswa sebagai hasil belajar
mengajar.
c.
Peranan
dan kedudukan guru yang tepat dari proses interaksi belajar mengajar.
d.
Interaksi
sebagai proses belajar mengajar (PBM).
e.
Sarana
proses mengajar yang tersedia yang membantu tercapainya interaksi belajar
mengajar siswa secara efektif dan efisien.[9]
B. Makna
dan Tujuan Belajar
Berdasarkan
beberapa pengertian yang telah termaktub dalam sub bab tentang pengertian
belajar, dikatakan bahwa esensi belajar adalah perubahan dari hasil pengalaman
(praktek) oleh karenanya, tergantung makna yang mendalam dari hasil belajar
bagi manusia yaitu adanya perubahan prilaku menuju kwalitas perkembangan yang
positif bagi kehidupan manusia, berarti bahwa adanya kemajuan dan perkembangan
prilaku dari minimal menuju ke tingkat yang lebih baik, baik dari ranah
kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Proses
pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal mempunyai
tujuan-tujuan yang ingin dicapai, tentunya antara satu lembaga dengan lembaga
lain mengalami perbedaan lain karena tujuan-tujuan belajar mengalami berbagai variasi.
Namun
perlu diketahui bahwa secara eksplisit tujuan belajar adalah untuk mencapai
tindakan instruksional (innstructional effects) yang berbentuk
pengetahuan dan ketrampilan, sedang tujuan sampingan lainnya adalah untuk
mencapai nurturant effects seperti kemampuan berfikir kritis dan
kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain.
1. Untuk
Mendapatkan Pengetahuan
Hal
ini ditandai dengan pemilihan pengetahuan dan kemampuan berfikir membutuhkan
adanya bahan pengetahuan dan kemampuan berfikir dapat memperluas pengetahuan.
2. Penanaman
Konsep dan Ketrampilan
Artinya
bahwa penanaman konsep/merumuskan konsep memerlukan suatu ketrampilan baik
ketrampilan jasmani yang dapat dilihat dialami sehingga menitik beratkan pada
ketrampilan gerak atau penampilan anggota tubuh seseorang yang sedang belajar,
atau ketrampilan ruhani yang menyangkut persoalan-persoalan kreatifitas untuk
menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.
3. Pembentukan
Konsep
Adalah
guru harus bertindak bijaksana dalam menumbuhkan sikap mental, prilaku dan
pribadi siswa. Ia harus cakap dalam mengarahkan motivasi dan berfikir bahwa
pribadi guru harus dipakai sebagai uswah.
Relevan
dengan tujuan belajar tersebut, maka hasil yang ingin dicapai adalah :
a.
Hal ikhwal keislaman dan pengetahuan, konsep dan fakta (kognitif).
b.
Hal ikhwal personal, kepribadian/sikap (afektif).
c.
Hal ikhwal kelakuan, ketrampilan/penampilan (psikomotorik).
C. Prinsip-prinsip
dalam PBM
Made Pidarta mengutip pendapat
Gagne, yang mengatakan bahwa prinsip belajar meliputi :
1.
Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip
dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali
secara berturut-turut.
2.
Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau
dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.
3.
Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk
mempertahankan dan menguatkan respon itu.
4.
Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
5.
Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing
aktivitas anak-anak.
6.
Ada upaya membangkitkan ketrampilan intelektual untuk
belajar seperti apersepsi dalam mengajar.
7.
Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam
belajar.
Sedangkan prinsip-prinsip belajar
yang dikemukakan oleh Alvin C. Eurich dari Ford Foundation adalah :
1. Hal apapun yang dipelajari oleh
siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri.
2. Setiap belajar siswa menurut tempo
(kecepatan)nya sendiri, dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam
kecepatan belajar.
3. Seorang siswa belajar lebih banyak
bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan.
4. Penguasaan secara penuh dari setiap
langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.
5. Apabila siswa diberikan tanggung
jawab untuk mempelajari sendiri maka ia lebih termotivasikan untuk belajar, ia
akan belajar dan mengingat secara baik.[11]
Menurut
Nasution, prinsip-prinsip belajar meliputi:
1. Agar seseorang (siswa) benar-benar
belajar, maka ia harus mempunyai suatu tujuan.
2. Tujuan itu harus timbul dari atas
berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang
lain.
3. Orang itu bersedia mengalami
bermacam-macam kesukaran dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang
berharga baginya.
4. Belajar itu harus terbukti dari
perubahan kelakuannya.
5. Selain tujuan pokok yang hendak
dicapai, diperolehnya pula hasil-hasil sambilan atau sampingan, misalnya ia
tidak hanya bertambah terampil membuat soal-soal ilmu pengetahuan alam akan
tetapi juga memperoleh minat yang lebih besar untuk bidang studi itu.
6. Belajar lebih berhasil dengan jalan
berbuat atau melakukan (learning by doing).
7. Seseorang (siswa) belajar sebagai
keseluruhan, tidak dengan otaknya atau secara intelektual saja tetapi juga
secara sosial, emosional, etis dan sebagainya.
8. Dalam hal belajar seseorang (siswa)
memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9. Untuk belajar diperlukan insight,
apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.
10. Di samping mengejar tujuan belajar
yang sebenarnya, seseorang (siswa) sering mengejar tujuan-tujuan lain.
11. Belajar lebih berhasil apabila usaha
itu memberi sukses yang menyenangkan.
12. Belajar hanya mungkin kalau ada
kemauan dan hasrat untuk belajar.[12]
Jadi jelaslah dengan mengetahui
prinsip-prinsip belajar, seseorang guru akan dapat melaksanakan fungsi /
perannya semakin baik. Hal ini dikarenakan bahwa prinsip-prinsip belajar
memberikan pedoman berharga bagi guru untuk dapat ditindak lanjuti dengan
benar, sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat diarahkan secara efektif dan
efisien.
IV. KESIMPULAN
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk kepada apa yang harus
dilakukan seseorang sebagai yang menerima pelajaran (peserta didik) sedangkan
menunjuk kegiatan apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi
pengajar.
Sementara itu proses belajar mengajar (PBM) dapat
diartikan hubungan antara pihak pengajar (guru) dan pihak yang di ajar (siswa),
sehingga terjadi suasana di mana pihak siswa aktif belajar dan pihak guru aktif
mengajar. Dengan demikian proses belajar mengajar ini merupakan proses
interaksi antara guru dengan murid atau peserta didik pada saat pengajaran.
Esensi belajar adalah perubahan dari
hasil pengalaman (praktek) oleh karenanya, tergantung makna yang mendalam dari
hasil belajar bagi manusia yaitu adanya perubahan prilaku menuju kwalitas
perkembangan yang positif bagi kehidupan manusia, berarti bahwa adanya kemajuan
dan perkembangan prilaku dari minimal menuju ke tingkat yang lebih baik, baik
dari ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Secara eksplisit tujuan belajar
adalah untuk mencapai tindakan instruksional (innstructional effects)
yang berbentuk pengetahuan dan ketrampilan, sedang tujuan sampingan lainnya
adalah untuk mencapai nurturant effects seperti kemampuan berfikir
kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain.
Prinsip-prinsip belajar menurut Alvin C. Eurich dari Ford
Foundation adalah:
1. Hal apapun yang dipelajari oleh
siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri.
2. Setiap belajar siswa menurut tempo
(kecepatan)nya sendiri, dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam
kecepatan belajar.
3. Seorang siswa belajar lebih banyak
bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan.
4. Penguasaan secara penuh dari setiap
langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.
5. Apabila siswa diberikan tanggung
jawab untuk mempelajari sendiri maka ia lebih termotivasikan untuk belajar, ia
akan belajar dan mengingat secara baik.
V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang pemakalah susun.
Pemakalah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya, tetapi kami juga
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan demi perbaikan
makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Baca Juga: Prediksi Risiko Kematian dari Kecepatan Berjalan Kaki
[1]Asef
Umar Fakhruddin , Menjadi Guru Favorit!, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm.
34-35.
[8]Iskandar W. dan J. Mandalika, Kumpulan dan
Pikiran-pikiran dalam Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1982), hlm. 37.
[10]Made Pidarta, Landasan Pendidikan, Stimulus
Ilmu Pendidik Bercorak Indonesia, (Jakarta: Reneka Cipta, 1997), hlm. 197.
No comments:
Post a Comment