Saya sepakat dengan tulisan Kang Hasanudin
Abdurakhman yang dipost kompas.com (22/09/2017, 21:09 WIB). Judulnya
bikin saya bertanya-tanya, “benarkah?”. Sedikit mengganjal memang, mungkin
karena persepsi saya yang masih keliru. Tulisan ini diberi judul, Jangan
Ambil Hikmah, Ciptakan Hikmah.
Selama ini kita masih sering mendengar ungkapan,
“Ambil saja hikmahnya,” ketika ada seseorang atau teman kita sedang mengalami
hal buruk. Benar bukan? Sampai sekarang saya sendiri pun masih berpikir
demikian. Namun, sudah sedikit ada pencerahan setelah membaca tulisan Kang
Hasanudin ini.
Baca Juga:
Kerja Keras Bukan Jaminan Sukses?
Seutas Senyum: antara Fiksi dan Nyata
Beliau menjelaskan dengan bahasa yang ringan,
enak dibaca. Penjelasannya begini..., ketika seseorang mengalami hal
buruk. Ia menerima nasihat, “Ambil saja hikmahnya. Tuhan pasti menyiapkan
hikmah untuk kamu.” Di sini Tuhan digambarkan sebagai sosok yang “usil”.
Ada orang yang sudah baik, diberi cobaan dengan hal-hal buruk. Kalau ia tetap
beriman, maka Tuhan akan memberinya ganjaran berupa hal-hal baik. Kalau ia
berbalik jadi ingkar, maka berarti selama ini imannya lemah. Maka ia akan
disiksa.
Kira-kira begitu analogi Kang Hasanudin. Tuhan
seolah sosok yang “usil”, seperti kurang kerjaan. Ada orang yang sudah baik,
diberi cobaan dengan hal-hal buruk. Jika tetap beriman akan memberinya ganjaran
berupa kebaikan-kebaikan. Tapi jika berbalik ingkar, maka ia akan disiksa, berarti
selama ini imannya lemah.
Menurutnya ada wilayah kehendak Tuhan yang tidak
kita ketahui dengan pasti. Sama halnya analogi Tuhan seperti sosok yang “usil”
tadi. Jadi jangan habiskan waktu dan tenaga untuk berkutat di wilayah itu.
Bagi kalian yang pernah belajar di SMA/MA yang
ada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) atau juga dari Jiping (Ngaji
Kuping) tentu pernah mendengar penjelasan tentang hikmah dari adanya
nyamuk. Kenapa Tuhan menciptakan nyamuk?
Jawabannya tidak jauh berbeda, karena ada nyamuk
yang menyebar penyakit, ada dokter yang mengobati. Ada juga perusahaan pembuat
obat anti nyamuk yang menggaji banyak karyawan. Lalu ada perusahaan pembuat
racun serangga. Ada begitu banyak orang yang diuntungkan oleh adanya nyamuk.
Itulah hikmah diciptakannya nyamuk oleh Tuhan.
Apakah benar itu tujuan Tuhan menciptakan nyamuk?
Kita tidak tahu. Seperti yang sudah dijelaskan tadi, ada wilayah kehendak Tuhan
yang tidak kita ketahui dengan pasti. Penjelasan hikmah diciptakannya nyamuk di
atas adalah hasil pemikiran manusia, bukan penjelasan Tuhan.
Hikmah di atas, menurut Kang Hasanudin adalah
produk usaha manusia. Yang bisa menikmatinya adalah mereka yang
mengusahakannya. Nyamuk itu sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu. Selama
puluhan ribu tahun manusia hanya mendapat gangguannya. Manusia baru mendapatkan
hikmahnya setelah ia berpikir dan bertindak. Itupun tak semua menikmatinya.
Yang menikmatinya hanyalah yang berpikir dan bertindak. Jutaan manusia lain
hanya bisa mengeluh dan menderita atas gangguan nyamuk.
Kalian sudah paham apa masih bingung? Pusing ya?
Kalau iya, kalian bisa baca di sumbernya langsung kok. Ini penjelasan dari Kang
Hasanudin di laman kompas.com
. Saya hanya mengulas saja. Berhubung sedang senggang. Karena memang
seperti ini perkerjaan saya kalau waktu senggang. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment