Gangguan pendengaran akibat
bising atau noice induced hearing loss
(NIHL) adalah tuli yang di akibatkan oleh terpaparnya bising yang cukup keras
dalam jangka waktu yang lama. Biasanya gangguan pendengaran ini diakibatkan
oleh bising di lingkungan kerja.
Secara
umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan atau tidak disenangi yang
merupakan aktivitas alam dan buatan manusia. Bising yang intensitasnya mencapai
85dB atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran Corti pada
telinga bagian dalam. Kebisingan yang berlebihan dapat merusak sel-sel rambut
di koklea, bagian dari telinga bagian dalam dan akan menyebabkan kehilangan
pendengaran.
Gangguan
pendengaran akibat bising ini sering dijumpai pada pekerja industri baik di negara
maju maupun berkembang yang sering terpapar oleh alat-alat yang dapat
menyebabkan kebisingan. Sumber kebisingan tersebut seperti penggunaan
mesin-mesin kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik, alat-alat transportasi
berat, dsb (Lintong, 2009) .
Bising dapat
menyebabkan berbagai gangguan terhadap kesehatan, salah satunya adalah gangguan
pendengaran. Gangguan pendengaran merupakan gangguan paling serius karena dapat
menyebabkan ketulian yang dapat bersifat sementara ataupun menetap.
Bising
industri telah lama menjadi masalah yang sampai sekarang belum dapat
ditanggulangi secara baik sehingga menjadi ancaman yang serius bagi para
pekerja. Bagi pihak industri sendiri bising dapat menyebabkan kerugian ekonomi
karena biaya ganti rugi (Rambe, 2003) .
Berdasarkan
frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi, bising dibagi
atas tiga kategori (Gabriel, 1996) :
1.
Audible noise (bising pendengaran), disebabkan
oleh frekuensi bunyi 31,5-8000 Hz.
2.
Occupational noise (bising berhubungan dengan
pekerjaan), disebabkan oleh bunyi mesin ditempat kerja.
3.
Impuls noise (impact noise/bising impulsive),
disebabkan oleh adanya bunyi menyentak. Misal : pukulan palu, ledakan, meriam,
tembakan bedil, dll.
Pengendalian
kebisingan adalah upaya/langkah yang dilakukan untuk mengelola risiko paparan
kebisingan. Beberapa pengendalian yang dapat diterapkan untuk mengurangi
paparan kebisingan :
1.
Eliminasi, kegiatan industri harus didesain untuk
mencegah dan meminialisir resiko.
2.
Pengendalian teknis, menggunakan metode yang
secara permanen dapat mengatasi paparan.
3. Pengendalian administratif, dilakukan ketika
paparan tidak dapat di eleminasi atau dikendalikan secara teknis.
4. Alat pelindung diri (APD), alat yang digunakan
dengan cara dimasukkan kedalam telinga pekerja untuk melindungi pekerja.
Upaya
pengendalian yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah memberikan pelatihan
terkait penggunaan alat pelindung telinga. Pelatihan harus diberikan agar
pekerja menyadari betapa pentingnya alat tersebut bagi kesehatan mereka,
sehingga dampak buruk berupa gangguan pendengaran dapat dicegah.
Penggunaan
alat pelindung telinga merupakan langkah terakhir pengendalian bising ditempat
kerja. Penggunaan alat pelindung telinga ini dapat mengurangi tingkat
kebisingan tergantung dari jenis dan noise
reduction rate dari alat tersebut. Pengendalian ini banyak diterapkan
dibanding dengan pengendalian engineering
ataupun administrative control
karena relatif lebih murah dan mudah untuk dilakukan. Tetapi pada kenyataannya
masih banyak pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung telinga dengan
alasan tidak nyaman.
Selain itu,
perusahaan juga dapat memberikan pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung
telinga kepada para pekerja dan memberikan kebijakan bagi para pekerja yang
tidak menggunakan APT di area kerja yang bising. Pengawasan berguna untuk
mencegah terjadinya gangguan pendengaran akibat bising sedangkan kebijakan akan
membuat para pekerja lebih memperhatikan kesehatan dirinya pada saat bekerja.
Sumber:
Gabriel,
J., 1996. Dalam: Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC XV, pp. 66-94.
Lintong, F., 2009. Gangguan Pendengaran Akibat Bising.
Rambe, D. A. Y. M., 2003. Gangguan Pendengaran Akibat
Bising.
No comments:
Post a Comment