“Hati-hati
dengan ucapan anda. Bukankah ada pepatah bilang, mulutmu harimaumu?!”
Pernahkah Anda mendengar Teori Tabularasa? Teori ini
sangat populer dalam dunia pendidikan. Menurut teori ini, manusia terlahir tanpa
membawa bakat apapun, polos seperti kertas putih. Kemudian jiwa yang masih polos
ini akan di hiasi oleh pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Dengan kata lain,
watak seorang anak dibentuk dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
sekitar.
Sebagai
orang tua yang bertanggung jawab Anda harus bijak dalam mengambil keputusan
ketika anak nakal atau melakukan kesalahan. Jangan sampai kata-kata kotor
terlontar dari mulut Anda. Karena dampak dari itu akan berkepanjangan. Sesaat
mungkin akan menghentikan kenakalannya. Tapi, itu akan membekas dan tertanam di
benak seorang anak.
Sebagai
contoh Anda memarahi anak dengan kata-kata, “Dasar goblok, berhenti!”, “Bodoh”,
“Bawa sini, tolol”. Maka lambat laun, tanpa disadari anak akan berkepribadian
sesuai yang diharapkan, yaitu goblok, bodoh, dan tolol.
Pada
dasarnya ungkapan-ungkapan seperti itu menjadi semacam pola bentukan yang
dialami anak dalam proses pertumbuhan. Ungkapan semacam itu tidak hanya membuat
seoarang anak merasa dirinya buruk pada saat itu saja, tapi terus-menerus.
Karena mempunyai pengaruh hipnotis dan bekerja secara tidak disadari. Anak-anak,
dengan kemampuan meraka yang luar biasa serta mudah mencerna banyak hal,
biasanya akan berkembang menjadi seperti yang kita “harapkan”.
No comments:
Post a Comment