Memahami perkembangan psikologi seorang anak adalah
keharusan yang patut dimiliki oleh orang tua, bukan hanya ibu seorang tapi juga
ayah. Awal anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar adalah di dalam keluarga.
Hubungan antar-anggota keluarga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
psikologi anak. Berikut ini akan saya paparkan mengenai perkembangan psikologi pada
anak balita.
Perkembangan psikologi anak balita adalah
aspek kedua dari 4 hal / aspek penting pada perkembangan anak balita yang harus anda pahami dan perhatikan dengan amat seksama, demi
mendukung perkembangan anak anda secara optimal. Aspek
pertama tentang perkembangan fisik anak balita telah
aku bahas pada artikel aku sebelumnya. Anda dapat membacanya, bila anda belum
membacanya.
Ingat, usia balita adalah masa keemasan (the golden
years). Jadikanlah masa ini sebagai moment penting untuk membentuk dasar /
pondasi yang sempurna bagi perkembangan anak anda. Baik secara fisik dan
psikologis.
4 aspek pada perkembangan
psikologis anak balita meliputi :
1. Perkembangan Psikomotor.
Perkembangan Psikomotorik berkaitan dengan
perkembangan kemampuan gerakan anak dalam aktifitas fisik, yang dipengaruhi
oleh kematangan saraf dan otot anak. Setiap gerakan sesederhana apapun,
merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian tubuh dengan
sistem saraf dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Disinilah fungsi sel saraf motorik bekerja.
Kemampuan motorik manusia dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
- Kemampuan motorik kasar. Merupakan kemampuan melakukan gerakan fisik dan sikap tubuh yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Misalnya berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk mengatur keseimbangan tubuh.
- Kemampuan motorik halus.
Merupakan kemampuan / keterampilan fisik yang melibatkan otot
kecil dan koordinasi mata & tangan. Saraf motorik halus ini dapat
dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan secara rutin dan
berkelanjutan, seperti bermain puzzle.
Doc.google.com
2. Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berhubungan
aktifitas otak. Beberapa kemampuan kognitif pada manusia adalah: pengetahuan
& daya ingat (knowledge), Pemahaman (comprehension), Penerapan
(application), Analisis (analysis), Sintesis (syntesis), memecahkan
masalah(evaluation), dan berbahasa. Anak balita memiliki rasa ingin tahu
yang sangat besar. Mereka selalu mencoba untuk menganalisa segala sesuatu objek
yang ada disekitarnya. Manfaatkan masa ini untuk memaksimalkan kemampuan
kognitif anak. Sehingga pada akhirnya anak akan mampu mengembangkan logikanya.
Kemampuan berbahasa juga termasuk dalam ruang lingkup
kemampuan kognitif. Kemampuan bahasa balita tumbuh dengan pesat. Pada usia
dua tahun kosa kata rata-rata balita adalah 50 kata, pada usia lima tahun dapat
mencapai >1000 kosa kata, pada usia tiga tahun balita mulai dapat
berbicara kamlimat yang sederhana berisi tiga kata dan mulai
mempelajari tata bahasa dari lingkungan sekitarnya (orang tua, kakak, dan orang
lain).
Doc.google.com |
3. Kemampuan Sosial
Anak balita akan mulai belajar berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya, baik itu dengan keluarga maupun dengan teman-teman
sebayanya. Kembangkan kemampuan bersosialisasi anak anda. Karena pada akhirnya
anak anda akan menjadi bagian dari masyarakat, dimana kehidupan sosial menjadi
hal yang penting baginya kelak.
Pada awal masa balita, bermain bersama
teman-teman sebayanya bagi anak balita berarti bersama-sama berada pada suatu
tempat, namun tidak bersama-sama dalam satu permainan. Pada akhir masa
balita, anak mulai mampu bermain bersama teman-teman sebayanya dengan
melibatkan aturan permainan dan pembagian peran (role play). Hal ini
dikarenakan terjadinya perkembangan sosial anak. Berbagai permainan role play
yang dilakukan dengan teman sebayanya dapat menjadi sarana untuk mengembangkan
kemampuan sosial anak.
Walaupun begitu, pada masa ini pula balita akan mulai
memahami posisi dirinya sebagai satu pribadi / individu yang memiliki
atribut tertentu di dalam lingkungannya, seperti nama dan jenis kelamin.
Dan mulai menyadari adanya perbedaan dengan orang lain. Sehingga
perkembangan ego anak / rasa individualisme mulai terbentuk. Itulah
sebabnya kita seringkali melihat anak balita akan sulit berbagi dengan orang
lain. Karena rasa memilikinya yang tinggi akan sesuatu, baik itu makanan
ataupun mainan.
Disinilah peran kita sebagai orang tua untuk membentuk
rasa sosial anak balita kita. Agar tidak menjadi anak yang egois dan
individualistis.
Doc.google.com |
4. Perkembangan Pengendalian Diri
Ajarkan anak balita anda aturan-aturan positif yang
harus dilakukannya secara mandiri kelak. Seperti buang air besar dan kecil pada
tempatnya. Pada masa usia dini, adalah masa yang tepat untuk mengajarkan anak
untuk mengikuti aturan dan proses menahan keinginan.
(Dari berbagai sumber)
(Dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment