Sunday, August 27, 2017

Perkembangan Psikologi Pada Anak Balita

Memahami perkembangan psikologi seorang anak adalah keharusan yang patut dimiliki oleh orang tua, bukan hanya ibu seorang tapi juga ayah. Awal anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar adalah di dalam keluarga. Hubungan antar-anggota keluarga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan psikologi anak. Berikut ini akan saya paparkan mengenai perkembangan psikologi pada anak balita.


Perkembangan psikologi anak balita adalah aspek kedua dari 4 hal / aspek penting pada perkembangan anak balita yang harus anda pahami dan perhatikan dengan amat seksama, demi mendukung perkembangan anak anda secara optimal. Aspek pertama tentang perkembangan fisik anak balita telah aku bahas pada artikel aku sebelumnya. Anda dapat membacanya, bila anda belum membacanya.

Ingat, usia balita adalah masa keemasan (the golden years). Jadikanlah masa ini sebagai moment penting untuk membentuk dasar / pondasi yang sempurna bagi perkembangan anak anda. Baik secara fisik dan psikologis.

4 aspek pada perkembangan psikologis anak balita meliputi :

1. Perkembangan Psikomotor.
Perkembangan Psikomotorik berkaitan dengan perkembangan kemampuan gerakan anak dalam aktifitas fisik, yang dipengaruhi oleh kematangan saraf dan otot anak.  Setiap gerakan sesederhana apapun, merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian tubuh dengan sistem saraf dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Disinilah fungsi sel saraf motorik bekerja.
Kemampuan motorik manusia dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
  • Kemampuan motorik kasar. Merupakan kemampuan melakukan gerakan fisik dan sikap tubuh yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Misalnya berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk mengatur keseimbangan tubuh.
  • Kemampuan motorik halus. Merupakan kemampuan  / keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata & tangan. Saraf motorik halus ini dapat dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan secara rutin dan berkelanjutan, seperti bermain puzzle.
    Doc.google.com
2. Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berhubungan aktifitas otak. Beberapa kemampuan kognitif pada manusia adalah: pengetahuan & daya ingat (knowledge), Pemahaman (comprehension), Penerapan (application), Analisis (analysis), Sintesis (syntesis), memecahkan masalah(evaluation), dan berbahasa. Anak balita memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Mereka selalu mencoba untuk menganalisa segala sesuatu objek yang ada disekitarnya. Manfaatkan masa ini untuk memaksimalkan kemampuan kognitif anak. Sehingga pada akhirnya anak akan mampu mengembangkan logikanya.

Kemampuan berbahasa juga termasuk dalam ruang lingkup kemampuan kognitif. Kemampuan bahasa balita tumbuh dengan pesat. Pada usia dua tahun kosa kata rata-rata balita adalah 50 kata, pada usia lima tahun dapat mencapai >1000 kosa kata, pada usia tiga tahun balita mulai dapat berbicara kamlimat yang sederhana berisi tiga kata dan mulai mempelajari tata bahasa dari lingkungan sekitarnya (orang tua, kakak, dan orang lain).
Doc.google.com
3. Kemampuan Sosial
Anak balita akan mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, baik itu dengan keluarga maupun dengan teman-teman sebayanya. Kembangkan kemampuan bersosialisasi anak anda. Karena pada akhirnya anak anda akan menjadi bagian dari masyarakat, dimana kehidupan sosial menjadi hal yang penting baginya kelak.

Pada awal masa balita, bermain bersama teman-teman sebayanya bagi anak balita berarti bersama-sama berada pada suatu tempat, namun tidak bersama-sama dalam satu permainan. Pada akhir masa balita, anak mulai mampu bermain bersama teman-teman sebayanya dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian peran (role play). Hal ini dikarenakan terjadinya perkembangan sosial anak. Berbagai permainan role play yang dilakukan dengan teman sebayanya dapat menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan sosial anak.

Walaupun begitu, pada masa ini pula balita akan mulai memahami posisi dirinya sebagai satu pribadi / individu yang memiliki atribut tertentu di dalam lingkungannya, seperti nama dan jenis kelamin. Dan mulai menyadari adanya perbedaan dengan orang lain. Sehingga perkembangan ego anak  / rasa individualisme mulai terbentuk. Itulah sebabnya kita seringkali melihat anak balita akan sulit berbagi dengan orang lain. Karena rasa memilikinya yang tinggi akan sesuatu, baik itu makanan ataupun mainan.

Disinilah peran kita sebagai orang tua untuk membentuk rasa sosial anak balita kita. Agar tidak menjadi anak yang egois dan individualistis.
Doc.google.com
4. Perkembangan Pengendalian Diri

Ajarkan anak balita anda aturan-aturan positif yang harus dilakukannya secara mandiri kelak. Seperti buang air besar dan kecil pada tempatnya. Pada masa usia dini, adalah masa yang tepat untuk mengajarkan anak untuk mengikuti aturan dan proses menahan keinginan.


(Dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment