Wednesday, August 30, 2017

Beragam Tradisi Menyambut Hari Raya Idul Adha di Indonesia

Tradisi atau kebiasaan adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan dilakukan secara turun temurun sehingga menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, atau agama yang sama.

Jelas bukan? Tradisi biasanya dari suatu negara, kebudayaan, atau agama yang sama.


Tidak lama lagi masyarakat Indonesia terutama yang memeluk agama Islam akan merayakan hari raya Idul Adha atau lebih dikenal dengan hari raya Kurban, karena identik dengan penyembelihan hewan kurban. Sesuai dengan hasil sidang isbat yang dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2017 lalu, hari Raya Idul Adha 2017 atau 10 Zulhijah jatuh pada Jumat, 1 September 2017.


Bagaimana tradisi menyambut hari raya Idul Adha di beberapa daerah yang ada Indonesia? Berikut beberapa tradisi penyambutan hari raya Idul Adha di Indonesia:

1.    Grebek Gunungan di Yogyakarta
Tradisi ini biasa digelar Keraton Yogyakarta setiap menjelang Idul Adha. Ritual tersebut sudah menjadi tradisi tahunan bagi kraton. Kraton Yogyakarta biasanya mengeluarkan 4 gunungan yaitu gunungan lanang (laki-laki), gunungan wadon (perempuan), gunungan gepak, dan gunungan pawuhan. Gunungan tersebut keluar dari kraton dengan diiringi oleh arak-arakan khas kraton Yogyakarta melewkeraton melewati Siti Hinggil, Pagelaran, dan menuju Alun-Alun Utara, tepatnya di masjid Gede.

Setelah dibacakan doa, gunungan tersebut diperebutkan oleh warga yang hadir. Konon katanya gunungan yang nantinya akan diperebutkan bisa mendatangkan berkah bagi siapa saja yang mendapatkannya.

sumber: http://regional.liputan6.com/read/2547985/top-3-gunungan-grebeg-keraton-yogya-jatuh-pertanda-apakah
2.  Tradisi Apitan di Semarang
Tradisi yang dikenal dengan istilah sedekah bumi apitan ini dilakukan dengan mengarak tumpeng dan hasil bumi di jalan raya. Hal ini bertujuan sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada Allah atas limpahan rezeki kepada mereka.

Bentuk syukur itu disimbolkan dengan arak-arakan hasil bumi yang disusun bertumpuk, seperti misalnya padi, cabe terong, jagung, tomat, kacang panjang, timun dan wortel.

Biasanya tradisi ini dilaksanakan di kantor kelurahan dan diakhiri dengan pembacaan doa bagi keselamatan seluruh warga. Lalu dilanjutkan dengan warga yang berebut untuk mendapatkan hasil bumi yang disusun membentuk gunungan.

sumber: http://images.solopos.com/2017/08/kirab3.jpg

3.    Tradisi Mepe Kasur di Banyuwangi
Warga di Banyuwangi  memiliki tradisi unik jelang Idul Adha, yakni tradisi Mepe Kasur (menjemur kasur). Tradisi ini digelar untuk menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Tarian gandrung mengawali rangkaian tradisi jemur kasur yang setiap tahun digelar warga Desa Adat Using, Kemiren. Setiap mendekati Idul Adha pada bulan Dzulhijjah warga setempat menggelar tradisi menjemur kasur secara masal.
sumber: http://uniquenewss.com/wp-content/uploads/2015/09/mepe-kasur.jpg


4.    Manten Sapi di Pasuruan
Di Pasuruan, Jawa Timur, juga ada tradisi yang tidak kalah unik.  Tradisi “Manten Sapi” atau pengantin sapi dilakukan oleh warga di Desa Wates Tani, Kecamatan Grati, sehari sebelum hari raya kurban.

Tradisi ini untuk untuk menghormati hewan kurban yang akan disembelih. Acara ini dimulai dengan memandikan sapi menggunakan air kembang agar bersih. Kemudian, sapi-sapi itu dikalungi hiasan bunga tujuh rupa supaya terlihat cantik atau tampan layaknya pengantin. Tubuh binatang ini kemudian diselubungi kain putih.

Setelah itu, para sapi akan digiring menuju masjid dan diserahkan pada panitia kurban. Tak ketinggalan, ratusan ibu rumah tangga ikut serta dalam meramaikan dengan membawa peralatan rumah tangga dan bumbu dapur untuk persiapan saat menyembelih.

sumber: http://www.rilis.id/img/landscape/1503909379-manten-sapi.jpg
5.    Tradisi Ngejot di Bali
Ngejot merupakan tradisi untuk hidup berdampingan dengan damai bersama warga yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Singkatnya, saling berbagi makanan saat umat Hindu maupun Muslim merayakan hari raya keagamaan. Tradisi ini dilakukan di Banjar Angantiga di Desa Petang, Kecamatan Petang, Badung. Tradisi seperti itu telah diwarisi turun temurun sejak 500 tahun silam, berkat adanya saling pengertian dan menghormati satu sama lainnya.
sumber: https://newsmedia.co.id/cp-pub/uploads/images/post/2017/06/_1698863262.jpg
(Dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment