Thursday, February 15, 2018

Semut: Semangat Tim

Kali ini saya akan menyajikan artikel yang diambil dari buku Animal-Based Management, buah karya Satrio Wahono dan Dofa Purnomo. Buku yang menjelaskan kepada kita tentang karakter dan tingkah laku hewan (semacam fabel yang diceritakan pada anak-anak) yang memfokuskan pada sisi management.


Semut secara tradisional adalah perlambang kerja keras dan pertemanan. Lihat saja, di Indonesia semut hitam menjadi sebutan yang ditujukan bagi kaum pekerja. Kalau kita mengamati semut secara sambil lalu, terlihat betapa semut adalah hewan yang kompak. Apabila melihat gula atau makanan, semut segera berkerumun dan membawa remah-remah itu secara bersama-sama. Semut memiliki semangat kolektivitas yang tinggi seperti penguin. Hanya saja, kalau penguin lebih diibaratkan sebagai kecerdasan kolektif, semut condong menjadi metafora untuk semangat bahu-mambahu menyelesaikan pekerjaan (getting things done).

Watak bahu-membahu semut inilah yang mengilhami Nathan Abrian membangun CNI, pelopor MLM di Indonesia. Abrian ingin mengibaratkan MLM-nya bagaikan semut karena semut suka bergotong royong atau – menurut perkataan Abrian – “kuncinya berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Abrian melanjutkan analogi yang diturunkan menjadi prinsip 10 karakter Semut, sekaligus merupakan filosofi dasar CNI Indonesia. Kesepuluh karakter tersebut yaitu positif dan antusias, berinisiatif, rendah hati, kreatif dan inovatif, produktif, berkomitmen dan tabah, disiplin dan bertanggung jawab, bekerja sama, komunikatif, serta peduli.

Beranjak dari sini, CNI mewujudkan model bisnis inovatif yang intinya adalah bisnis berbasiskan kesetaraan – dalam arti kalau yang satu berhasil, yang lain juga harus berhasil. Model bisnis inovatif CNI disertai pula dengan inovasi pelayanan kepada anggota, misalnya mejadikan bisnis MLM sebagai bisnis yang bisa diwariskan. Dengan berbagai inovasi ini, CNI terus bertahan sebagai pemain utama di bisnis pemasaran berjenjang atau multi level marketing dengan omzet sekitar 1 triliun rupiah/tahun.

Karakter positif semut bukan hanya dari segi bahu-membahu, melainkan juga dari segi betapa semut mampu menyelesaikan pekerjaan secara sangkil dan mangkus (effective and efficient). Amati saja bagaimana semut menemukan dan melacak makanan. Tak ada yang ingin membuang-buang waktu. Semut ingin mencari jalan tercepat untuk sampai ke tempat tujuan.

Bagaimana semut melakukan hal tersebut? Pada banyak spesies semut, pelacak mekanan khusus dikirim menempuh jalur-jalur acak untuk mencari makanan. Selama pencarian, setiap semut pelacak makanan melepaskan feromon yang akan menarik perhatian semut-semut lain. Semut yang menemukan jalur tercepat dari sarang ke makanan akan memiliki aroma feromon paling kuat karena lebih sering dilalui. Bau kuat ini membuat semut-semut lain memilih jalur tersebut. Lama-kelamaan jalur itu menjadi jalur dominan feromon semut dan menciptakan jalan bebas hambatan sebagai jalur tercepat untuk sampai ke sumber makanan.


(Sumber: Satrio Wahono dan Dofa Purnomo, Animal-Based Management, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010


No comments:

Post a Comment